BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Studi
sistematis tentang perkembangan anak mengalami perkembangan yang cukup
signifikan pada awal abad 20. Penelitian penelitian yang dilakukan pada zaman
ini lebih bersifat deskriptif dan lebih dititik beratkan pada ciri ciri khas
yang terdapat secara umum , golongan golongan
umur serta masa masa perkembangan tertentu. Seperti seorang anak yang
bisa memperlihatkan kemampuan mengucapkan kata katanya, kemampuan mengartikan
sesuatu dan perkembangan lain yang sudah dan biasa dicapainya.
Kecenderungan
untuk mendeskripsikan gejala-gejala perkembangan manusia secara hati-hati dan
mendetail tersebut merupakan suatu tahap yang penting dalam perkembangan suatu
disipin ilmu. Tetapi tujuan ilmu pengetahuan bukan sekedar mendiskripsikan
suatu gejala, melainkan juga memberikan penjelasan tentang gejala tersebut.[1]
Pembahasan
mengnai perkembangan manusia dititikberatkan pada usia dalam kaitannya dengan
perubahan perubahan fisik, kognitif dan social yang terjadi sepanjang rentan
kehidupan. Perhatian terhadap perkembangan kogntif sepanjang rentan kehidupan
indifidu pertama kali dirintis oleh penelitian Jean Piaget dari Swiss dan teori
yang dikembangkan oleh Lev S. Vygotsky dari Rusia.
Dalam hal ini
kami akan membahas tentang “Perkemangan Kognitif” menurut J. Piaget dan L. S.
Vygotsky. Di usia anak anak dan implikasi perkembangan kognitif dalam dunia
pendidikan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana
tahap-tahap perkembangan kognitif ?
3. Implikasi
dalam pendidikan?
C.
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah khasanah pengetahuan tentang
psikologi perkembangan dalam perspektif islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Kognitif
1. Cognition (Kognisi)
“Kognisi” memang hampir sama dengan “penalaran”
dan “berpikir logis” (yang mungkin tidak secara sadar). Dengan menggunakan
“pemrosesan kognitif”-lah kita bisa mengubah input indrawi menjadi pengetahuan
tentang dunia external. Sebelum 1950-an istilah “penalaran” dan “berpikir” telah digunakan secara luas oleh para
psikolog yang tertarik pada aspek
pemfungsian psikologis, tetapi sejak akhir 1950-an istilah “Kognitif”
mendominasi dengan kemunculan psikologi kognitif.[2]
2. Perkembangan Kognitif
a. Jean
Piaget (1896-1980)
Jean Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari swiss
yang tertarik dengan pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. ia memulai bekerja
di laboratorium Alfred Binet di Paris, tempat pengujian kecerdasan modern
berasal. Piaget memulai memeriksa bagaimana anak anak tumbuh dan berkembang
dalam kemampuan berpikirnya. Ia menjadi semakin tertarik dengan bagaimana cara
anak-anak memperoleh kesimpulan dari pada apakah mereka menjawab dengan benar
atau tidak. Jadi bukannya mengajukan pertanyaan dan menilai mereka benar atau
salah, Piaget justru memberikan pertanyaan
kepada anak anak itu untuk menemukan logika di balik jawaban mereka. Melalui
pengamatan yang terskema pada anak anaknya sendiri dan anak anak lainnya, Piaget
menyusun teori perkembangan kognitif.
Jean Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah Hasil
gabungan dari kedewasaan otak dan system syaraf, serta adaptasi pada lingkungan
kita. Ia menggunakan lima istilah untuk menggambarkan dinamika perkembangan
kognitif. Tersebut:
1.
Skema. Hal ini menunjukan struktur
mental, pola berfikir yang orang gunakan
untuk mengatai situasi tertentu di lingkungan. Misalnya, bayi melihat
benda yang mereka inginkan, sehingga mereka belajar menangkap apa yang mereka
lihat. Mereka membentuk skema yang tetap dengan situasi.
2.
Adaptasi adalah proses menyesuaikan
pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu. Piaget
(dalam Rice, 2002) mengatakan bahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua
cara, yaitu: Asimilasi dan akomodasi.
3.
Asimilasi berarti memperoleh
informasi baru dan memasukkannya ke dalam skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru.
4.
Akomodasi meliputi penyesuaian pada
informasi baru dengan menciptakan skema yang baru ketika skema yang lama tidak
berhasil. Tapi kemudian belajar belajar bahwa beberapa anjing untuk pertama
kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapa anjing aman untuk
dipiara dan lainnya tidak (akomodasi). Ketika anak anak memperoleh banyak
informasi, mereka menyusun pemahamannya tetang dunia secara berbeda.
5.
Equilibration didefinisikan sebagai
kompensasi untuk gangguan ekternal. Perkembangan intelektual menjadi kemajuan
yang terus menerus bergerak dari satu ketidak seimbangan structural
keseimbangan struktur yang baru yang lebih tinggi.[3]
b. Lev Vygotsky (1896-1934)
Vigotsky
adalah seorang filsuf Rusia yang idenya mempuyai peran penting dalam memahami
budaya, interaksi social dan peranan bahasa dalam perkembangan kognitif. Ia
dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi
oleh perkembangan social. Istilah yang sering digunakan adalah : dampak social,
scaffolding, and zone of proximal development (ZDP).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif piaget, kontruktifisme social yang
dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan social maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam
konteks social budaya seseorang. Inti kontruksivisme vigotsky adalah interaksi
antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan social
dalam belajar.
Interaksi social dipelajari anak dari orang yang
kemampuan intelektualnya diatas kemampuan si anak seperti orang lain di atas
umurnya atau orang dewasa di sekitarnya. Guru berperan sebagai pengarang dan
pemandu kegiatan siswa, praktek dan mendorong siswa yang mampu untuk bekerja
mandiri.
Pembelajaran
berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang penting untuk
pemecahan masalah secara mandiri seperti diskusi dengan siswa, praktek langsung
dan memberikan penguatan. Guru yang memberikan bantuan penuh secara bertahap
justru akan mengulangi pemahaman siswa misalnya mengajari anak mengendarai
sepeda adalah bukan dengan member secara
teoritis tetapi langsung memperaktekan menaiki sepeda.
Zone of proximal defelopment(ZPD) adalah wilayah dimana
anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten area ini berada
antara kemampuan anak belajar sendiri dan apa yang masih mampu di upayan dengan
bantuan orang lain. Penilaian belajar dilakukan dengan ceklist, review teman
dan pertanyaan.[4]
B.
Tahap-tahap
perkembangan kognitif
Piaget menguraikan empat tahap perkembangan kognitif: Sensorimotor,
preoperational, concrete operational dan formal operational. Tahapan
perkembangan kognitif menguraikan ciri khas perkembangan kognitif tiap tahap
dan merupakan suatu perkembangan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.[5]
1.
Tahapan perkembangan kognitif piaget[6]:
1)
Periode Sensorimotor (0-2 tahun)
Dicirikan dengan fase interkordinasi progresif dari sekema menjadi
lebih kompleks dan terintegrasi. Fase pertama, respon respon bersifat bawaan
berupa reflek- reflek yang tidak disengaja seperti menghisap. Fase selanjutnya
skema skema reflek mulai terkontrol secara sadar. Ketika skema skema awal
menghisap, melihat, dan menggenggam sesungguhnya terinterkoordinasi, bayi tidak
hanya menggenggam saja atau melihat saja, tetapi melihat sesuatu kemudian
menggenggamnya.[7]
2)
Periode Praoperasional (2-7 tahun)
Prilaku
anak berubah dari dependensi tindakan menuju pemanfaatan representasi mental
dalam tindakan tindakannya-atau bisa disebut berfikir[8].
Anak
anak mulai memperhatikan hal hal kecil yang tadinya tidak diperhatikan. Dengan
demikian anak anak tidak lagi mudah bingung kalau menghadapi benda benda,
situasi atau orang-orang yang memiliki unsure yang sama konsepnya menjadi lebih
khusus dan lebih berarti bagi dirinya[9].
3)
Periode Operasional konkret
Tahap
penyempurnaan tiga ranah penting dalam pertumuhan intelektual, yaitu:
1.
Konserfasi: kemampuan untuk
mentaranformasikan sifat objek.
2.
Klasifikasi: melibatkan
pengelompokan dan kategorisasi objek objek yang mirip.
3.
Seriasi dan transifitas : dua
kemampuan terpisah, namun saling berhubungan. Seriasi melibatkan kemampuan
untuk merangkai secara bersamaan serangkaian elemen menurut hubungan tertentu.
Dan transivitas berhubungan dengan seriasi.
4)
Periode Operasional formal (Masa
remaja dan Dewasa)
Ditandai dengan kemampuan anak untuk memformulasikan hipotesis dan
mengujinya terhadap realitas. Anak pada tahap ini mempunyai kemmampuan
mengkordinasikan system yang lebih tinggi, individu juga akan bergerak melampaui
dunia jasmaniyah dan realitas fisik menuju dunia hipotetik atau realitas
abstrak yang lain. Pemikiran abstrak memungkinkan anak mempertimangkan hasil
dan konsekuensi dan terikat pada rencana jangka panjang.[10]
Usia
|
Tahap
|
Karakteristik
|
Lahir- 2 th
|
Sensorimotor
|
Dunianya terbatas pada saat sekarang dan disini
Belum mengenal bahasa, belum memiliki pikiran, pada masa masa
awal
Belum mampu memahami realitas ojektif
|
2 th– 7 th
|
Praoperasional
|
Pikiran bersifat egosentris
Pemikirannya didominasi oleh persepsi
Intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya
Belum memiliki kemampuan konservasi
|
7 th -11 th
|
Operasional konkret
|
Kemampuan konservasi
Kemampuan mengklarisifikasikan dan menghubungkan pemahaman
tentang angka
Berfikir konkret
Perkemangan pikiran tentang reversibilitas
|
11 th atau lebih
|
Operasional formal
|
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh
Berfikir proposional
Kemampuan membuat hipotesa
Perkembangan idealisme yang kuat
|
2. Tahapan tahapan dalam perkembangan
menurut Vygotsky
Vigotsky menerima tahapan tahapan
perkembangan Piaget, namun menolak penekanan pada rangkaian yang ditetapkan
secara genetic. Piaget meyakini bahwa pwrkembangan mendahului pembelajaran,
sedangkan Vygotsky meyakini pembelajaran mendahului pekembangan.
Perbedaan kedua teori Vygotsky dan
Piaget adalah pada sifat dasar dan fungsi wicara. Menurut Piaget, bicara
egosentrik (egocentric speech) yang digunakan pada saat “Berfikir dengan
(suara) keras” membuka jalan menuju bicaara social, dimana anak mengingat hukuman-hukuman
pengalaman dan berbicara untuk tujuan komunikasi . menurut Vygotsky, pikiran
anak secara alamiyah dan inheren bersifat social dan egocentric speech
sesungguhnya bersifat social, baik dari asal muasalnya, maupun dalam tujuannya.
Artinya anak mempelajari egocentric speech dari orang lain dan
menggunakanya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Prinsip inilah yang
mempresentasikan pemisahan utama diantara kedua teori ini,dan memngungkap teori
utama tentang perkembangan anak menurut Vygotsky.[11]
Tahapan dalam perkembangan
konseptual Vygotsky:
1.
Perkembangan konsep tematik, dimana hubungan
antar objek dinilai penting.
2.
Pembentukan konsep berantai, (Klasifikasi
berubah sesuai proses seleksi).
3.
Pembentukan konsep abstrak, yang mempunyai
pembentukan konsep pada orang dewasa.[12]
C. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara aktif
mengkontruksi pengentahuannya. Pengetahuan datang dari tindakan . menurut teori
Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.
Berikut ini adalah implikasi teori Piaget
dalam pembelajaran:
1. Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal
kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada
kecepatan yang berbeda. Ditambah cara berfikir anak kurang logis dibanding
dengan orang dewasa, maka guru harus mengerti cara berfikir anak, bukan
sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
2. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan
pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran
merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting
sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi
sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi
pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
untuk menanggulanginya.
3. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.[13]
3. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif adalah Hasil gabungan dari kedewasaan otak
dan system syaraf, serta adaptasi pada lingkungan kita. Ia menggunakan lima
istilah untuk menggambarkan dinamika perkembangan kognitif yaitu : Skema, Adaptasi,
Asimilasi, Akomodasi dan Equilibration. (Jean Piaget)
Empat tahap
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget: .
Usia
|
Tahap
|
Karakteristik
|
Lahir- 2 th
|
Sensorimotor
|
Dunianya terbatas pada saat sekarang dan disini
Belum mengenal bahasa, belum memiliki pikiran, pada masa masa
awal
Belum mampu memahami realitas ojektif
|
2 th– 7 th
|
Praoperasional
|
Pikiran bersifat egosentris
Pemikirannya didominasi oleh persepsi
Intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya
Belum memiliki kemampuan konservasi
|
7 th -11 th
|
Operasional konkret
|
Kemampuan konservasi
Kemampuan mengklarisifikasikan dan menghubungkan pemahaman
tentang angka
Berfikir konkret
Perkemangan pikiran tentang reversibilitas
|
11 th atau lebih
|
Operasional formal
|
Pikiran bersifat umum dan menyeluruh
Berfikir proposional
Kemampuan membuat hipotesa
Perkembangan idealisme yang kuat
|
B.
Saran
Makalah ini belumlah sempurna, masih banyak kekurangan sehingga
memerlukan masukan dari berbagai pihak.
Daftar Pustaka
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya.
Hurlock,
Elizabet B. 1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Richards, Graham. 2009. PSIKOLOGI. Yogyakarta: Baca!
Rita Eka
Izzati, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Roberto L. Solso,
dkk. 2007. Psikologi Kognitif edisi ke delapanI. Jakarta: Erlangga.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: UNY press.
[1]
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung, Rosdakarya, 2010), hlm.18
[3]
Rita Eka Izzati, dkk, Perkembangan Peserta Didik,
(Yogyakarta, UNY Press, 2008)
[5] Rita Eka
Izzati, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta, UNY
Press, 2008)
[6] Roberto L. Solso,
dkk, Psikologi Kognitif, (Jakarta, Erlangga, 2007), hlm. 369
[7] Ibid,
hlm. 366
[8] Ibid,
hlm. 366
[9]
Elisabeth B. Harlock, Psikologi Perkemangan
edisi v, (Jakarta:Erlangga. 1980), hlm. 123
[11] Roberto L. Solso,
dkk, Psikologi Kognitif, (Jakarta, Erlangga, 2007), hlm. 372-373
[12] Roberto L. Solso,
dkk, Psikologi Kognitif, (Jakarta, Erlangga, 2007), hlm. 374
0 komentar:
Posting Komentar