Pekerjaan dengan menggunakan bahan kimia dalam laboratorium,respon terhadap keadaan darurat yang mungkin terjadi dalam laboratorium,pesan keamanan penting yang ada dalam laboratorium
Oleh
Ahmad Agus Prasojo
Muhammad Rifa'i
Uti Inayatun Nihlah
PGMI UIN Sunan Kalijaga
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
pendidikan, kegiatan pembelajaran tidak hanya berlangsung di kelas tetapi bisa juga di luar kelas
seperti perpustakaan, musium, kebun binatang dan laboratorium. Di sekolah dasar
atau madrasah ibtidaiyah tidak terlepas dari pembelajaran di laboratorium, pembelajaran
di laboratorium tentunya menggunakan bermacam-macam bahan dan alat tertentu.
Dan dari bermacam-macam bahan tersebut terdapat beberapa bahan kimia yang
digunakan untuk praktek pembelajaran.
Dalam
melakukan praktek di laboratorium dengan menggunakan bahan kimia tentunya harus
hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan kimia dan alat-alatnya sesuai dengan
aturan karena jika tidak hal tersebut akan menimbulkan bahaya dan kecelakaan.
Sebagai calon guru madrasah ibtidaiyah kita dituntut untuk mengarahkan
siswa-siswi kita agar menjalankan praktikum sesuai dengan aturan yang berlaku karena
keselamatan siswa-siswi merupakan tanggung jawab guru agar terhindar dari
bahaya dan kecelakaan.
Untuk
menghindari bahaya dan kecelakaan pada saat melakukan praktek dengan
menggunakan bahan kimia maka kita perlu mengetahui bahan-bahan kimia tersebut,
respon terhadap keadaan darurat, dan pesan keamanan penting. Di dalam makalah
ini akan dibahas tentang ketiga aspek tersebut karena dipandang sangat penting
untuk diketahui baik oleh laboran, guru, siswa-siswa agar dapat melaksanakan
praktikum dengan baik dan aman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pekerjaan dengan
menggunakan bahan kimia dalam laboratorium?
2. Apa saja respon terhadap
keadaan darurat yang mungkin terjadi dalam laboratorium?
3. Bagaimana pesan keamanan
penting yang ada dalam laboratorium?
C. Tujuan
1. Mengetahui pekerjaan dengan
menggunakan bahan kimia dalam laboratorium.
2. Mengetahui respon terhadap
keadaan darurat yang mungkin terjadi dalam laboratorium
3.
Mengetahui pesan keamanan penting yang ada dalam
laboratorium
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahan dan alat kimia yang biasa digunakan di laboratorium.
Praktikum diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membuktikan
kebenaran suatu konsep dengan prosedur yang sudah jelas dan sistematis.
Kegiatan praktikum menekankan pada pengembangan ketrampilan seseorang dalam
menggunakan alat-alat dan bahan-bahan kimia secara benar.[1]
Laboratorium
kimia merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan praktikum. Ruangan ini berisi
bahan-bahan kimia, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam proses
praktikum. Ruang/prasarana laboratorium meliputi ruang untuk kegiatan
belajar-mengajar, ruang persiapan, ruang gudang, ruang gelap, ruang timbang dan
ruang asam.[2]
a)
Pengelompokan Jenis Bahan Kimia
Bahan kimia
yang digunakan dalam kegiatan laboratorium kimia wujudnya bermacam-macam. Misalnya,
ada bahan kimia yang berwujud gas cair dan padat. Secara fisik maupun sifat
kimianya juga bermacam-macam. Namun, secara umum bahan kima dapat dikelompokkan
berdasarkan kategori berikut :
1.
Sifat
Racunnya
Bahan-bahan yang beracun diletakkan
dan dikemas dalam kemasan bertanda khusus sehingga pengguna langsung tahu dan
berhati-hati dalam menggunakannya. Contoh dari bahan jenis ini misalnya
sublimat, sianida, arsen dan senyawanya, brom, fosfor putih, zat radio aktif,
hidrogen flourida, air raksa, dan lain sebagainya. Setelah dikemas, maka bahan-bahan
tersebut harus diletakkan di rak khusus sehingga tidak mudah diambil oleh
sembarang orang. Dalam laboratorium kimia sebaiknya juga disediakan panduan
tentang bagaimana menggunakan bahan-bahan yang beracun tersebut dengan benar.
Ini semua diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang tidak
diharapkan.
2.
Sifat
korosifnya
Bahan korosif sebaiknya diletakkan
jauh dari alat-alat atau instrumen laboratorium ataupun perangkat umum,
terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Penyimpanan bahan korosif yang
benar adalah di dalam lemari asam. Contoh bahan korosif, misalnya :
Ø Asam sulfat pekat
Ø Asam netrat pekat
Ø Asam klorida pekat
Ø Amonia pekat
Ø Asam ortophosfat
Ø Asam perklorat
Bahan korosif ada juga yang
berbentuk padatan, seperti NaOH, KOH, CaO, dan AgNO. Ada juga senyawa yang
korosif terhadap jaringan tubuh manusia, misalnya belerang dioksida dan klor.
Karena sifatnya yang sangat berbahaya, pengelola laboratorium kimia harus
berhati-hati terhadap kegiatan-kegiatan kimia yang menghasilkan gas ini.
3.
Wujudnya
Penyimpanan bahan kimia yang baik
adalah pengelompokkan menurut wujudnya. Berdasarkan wujudnya, bahan kimia dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a.
Bahan
padat, contohnya serbuk besi dan seng (zink)
b.
Bahan
carir, contohnya eter dan toluene, serta
c.
Bahan
gas, contohnya gas klor, gas oksigen, dan gas nitrogen.
4.
Mudah/Tidanya
Menguap
Bahan yang mudah menguap sebaiknya
diletakkan di lemari asam sehingga uapnya akan langsung keluar ruangan dan
tidak menyebar kemana-mana.
5.
Mudah/Tidaknya
Terurai Akibat Cahaya Langsung
Bahan
yang mudah terurai bila terkena cahaya harus dikemas dengan kemasan khusus
(botol hitam) dan diletakkan tersembunyi dari matahari atau cahaya.
6.
Mudah/Tidaknya
Terbakar
Bahan kimia yang mudah terbakar harus
diletakkan jauh dari sumber api atau panas. Contoh dari bahan-bahan kimia yang
mudah terbakar ini adalah eter, alkohol, dan methanol.
7.
Bahan
Reaktif terhadap Air
Bahan-bahan
berikut ini harus dijauhkan dari tempat berair, contohnya adalah bahan-bahan NA,
logam halide, dan asam sulfat.[3]
b)
Memilih
Alat Laboratorium Kimia
Sebelum
melaksanakan kegiatan penelitian atau pun uji coba di laboratorium kimia,
pertama kali para pengelola laboratorium harus mampu memilih alat laboratorium
kimia yang tepat dan sesuai. Tanpa keberadaan perangkat-perangkat kimia ini,
kegiatan percobaan kimia tidak mungkin dapat dilangsungkan secara baik. Secara
garis besar, alat-alat laboratorium kimia
yang harus dipilih adalah sebagai berikut :
1. Alat kimia organik semi mikro
2. Alat pelubang gabus
3. Alat pemotong kaca
4. Alat pemadam kebakaran
5. Alat pemusing
6. Alat pendingin leibig
7. Buret
8. Botol pencuci
9. Botol tetes
10. Brush (kuas pembersih)
11. Cawan petri
12. Cawan porselin
13. Cincin besi bertangkai
14. Corong gelas dan propilena
15. Corong pisah
16. Corong tistel
17. Elektroda untuk eudiometer
18. Eudiometer
19. Gelas kimia dari borosilikat, pireks,
poliprolina
20. Gelas ukur
21. Kaca arloji
22. Kaki tiga
23. Kaca asbes
24. Kawat nikrom
25. Kertas saring
26. Meter dasar
27. Model molekul, dan lain sebagainya[4]
Bekerja
di laboratorium biologi tidak hanya bekerja dengan bahan-bahan biologis saja,
tetapi juga menggunakan berbagai bahan kimia. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan akibat penanganan bahan kimia yang tidak tepat, pada label botol
kimia tercantum simbol tanda bahaya (hazard codes) sebagai panduan atau
peringatan bagi pemakainya karena simbol tersebut mengindikasikan potensi
bahaya yang dimiliki suatu bahan.[5]
c)
Prosedur
Umum untuk Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya
1.
Perilaku
Pribadi
Semua pegawai harus mematuhi standar profesional berikut:
a.
Hindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain.
b.
Jangan biarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi kapanpun.
c.
Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang
dimaksudkan.
d.
Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh pengunjung laboratorium tempat zat berbahaya
disimpan atau digunakan atau tempat kegiatan berbahaya sedang berlangsung.
e.
Jika anak di bawah umur diizinkan berada di laboratorium, pastikan mereka mendapat pengawasan langsung
sepanjang waktu dari orang dewasa yang kompeten. Kembangkan kebijakan terkait anak di bawah umur di dalam laboratorium, dan
kaji serta setujui semua kegiatan anak di bawah umur sebelum kedatangan mereka. Pastikan pegawai
laboratorium lainnya yang berada di area mengetahui keberadaan anak di bawah umur.
2.
Kendali Teknik
Kendali teknik adalah tindakan
yang menghilangkan, memisahkan, atau mengurangi paparan ke bahaya kimia atau fisik
melalui penggunaan berbagai perangkat. Contohnya antara lain tudung kimia laboratorium dan sistem
ventilasi lainnya, pelindung, barikade, dan interlock. Kendali teknik harus
menjadi lini pertahanan pertama dan utama untuk melindungi pegawai dan
properti. PPE tidak boleh digunakan sebagai lini perlindungan pertama. Misalnya,
respirator pribadi tidak boleh digunakan untuk mencegah penghirupan uap jika
tudung kimia laboratorium (sebelumnya disebut tudung asap) tersedia.
3.
Menghindari Cedera Mata
Pelindung mata wajib digunakan oleh semua pegawai dan pengunjung
di seluruh lokasi tempat bahan kimia disimpan atau digunakan, baik seseorang
benar benar melakukan operasi kimia maupun tidak. Sediakan pelindung mata untuk semua pengunjung di pintu masuk semua laboratorium. Peneliti harus menilai risiko yang terkait dengan eksperimen dan menggunakan tingkat perlindungan mata yang sesuai. Operasi yang berisiko ledakan atau menyebabkan kemungkinan proyektil harus memiliki kendali teknik sebagai lini perlindungan
pertama.
Lensa kontak tidak memberi perlindungan terhadap cedera mata dan bukan merupakan pengganti kaca
mata keselamatan atau kaca mata percikan bahan kimia. Lensa kontak tidak boleh digunakan
jika ada kemungkinan terjadinya paparan ke uap kimia, percikan bahan kimia,
atau debu bahan kimia. Lensa kontak dapat rusak dalam kondisi semacam ini.
4.
Menghindari Mencerna Bahan Kimia Berbahaya
1.
Di laboratorium, jangan izinkan: Makan, minum, merokok, mengunyah
permen karet, menggunakan kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan kimia
berbahaya digunakan; menyimpan
makanan, minuman, cangkir, dan peralatan makan dan minum lainnya di tempat
bahan kimia ditangani atau disimpan;
2.
Penyiapan atau konsumsi makanan atau minuman dalam peralatan
dari kaca yang digunakan untuk operasi laboratorium;
3.
Penyimpanan atau penyiapan makanan di lemari es, peti es, ruang
dingin, dan oven laboratorium;
4.
Penggunaan sumber air laboratorium dan air laboratorium demineral sebagai
air minum;
5.
Mengecap bahan kimia laboratorium; dan pemipetan dengan mulut
(bola pipet, aspirator, atau perangkat mekanik harus digunakan untuk memipet
bahan kimia atau memulai sifon). Cuci tangan dengan sabun dan air segera
setelah bekerja dengan bahan kimia laboratorium apa pun, meski sudah mengenakan
sarung tangan.
5.
Menghindari Penghirupan Bahan Kimia
Berbahaya
Mengendus
bahan kimia hanya dalam situasi tertentu yang terkendali. Jangan sekali-kali mengendus bahan kimia beracun atau
senyawa dengan toksisitas tidak diketahui.
Lakukan semua prosedur yang melibatkan zat beracun yang mudah menguap dan semua
operasi yang melibatkan zat beracun padat atau cair yang dapat mengakibatkan
pembentukan aerosol di bawah tudung kimia Respirator pemurni udara harus
digunakan dengan beberapa bahan kimia jika kendali teknik tidak dapat mencegah
paparan. Pelatihan signifi kan diperlukan untuk penggunaan respirator.
Dalam
latar terkendali, instruktur dapat meminta siswa mengendus isi wadah. Dalam kasus semacam itu, periksa dulu bahan
kimia yang diendus untuk memastikannya aman.
Jika diperintahkan untuk mengendus bahan kimia, perlahan arahkan uap ke hidung Anda dengan selembar kertas yang dilipat.
Jangan menghirup uap secara langsung. Jangan
menggunakan tudung kimia laboratorium untuk pembuangan bahan yang mudah menguap dan berbahaya melalui
evaporasi. Bahan semacam itu harus
diperlakukan sebagai limbah kimia dan dibuang dalam wadah yang sesuai menuut prosedur lembaga dan peraturan
pemerintah.
6.
Meminimalkan
Kontak Kulit
Kenakan
sarung tangan kapan pun Anda menangani bahan kimia berbahaya, benda dengan tepi tajam, bahan yang sangat
panas atau sangat dingin, bahan kimia beracun,
dan zat dengan toksisitas tidak diketahui. Tidak ada satu bahan sarung
tanganyang memberikan perlindungan untuk semua penggunaan.[6]
Ada
beberapa sistem pengkodean yang digunakan secara umum. Dua di antaranya adalah
WHMIS (Workplace Hazardous Material Information System) dan NFPA (National
Fire Protection Agency), USA.
WHMSI (Workplace
Hazardous Material Information System) mengklasifikasikan bahan-bahan kimia
ke dalam enam kelas (Tabel 1).[7]
Tabel 1.
Informasi bahan kimia menurut WHMSI
Kategori
|
Karakteristik
|
|
Kelas A – gas yang terkomperehensi (compressed gases)
|
Bersifat eksplosif dan dapat meledak jika dipanaskan, terkena
percikan api atau dikenai tekanan tinggi/mendadak.
|
|
Kelas B – bahan yang mudah menyala dan terbakar (flammable and combustible materials)
|
Bahan yang dapat terbakar atau menyala secara spontan di udara.
Bahan flammable akan menimbulkan
api pada suhu di bawah 38o C sedangkan bahan combustible akan menimbulkan nyala api pada suhu di atas 38oC.
|
|
Kelas C – ixidizing
materials (bahan pengoksidan/oksidator)
|
Bahan yang menyebabkan nyala api atau ledakkan jika berada
bersama bahan flammable dan combustible
|
|
Kelas D – bahan beracun dan dapat menginfeksi (poisonus and infectious materials)
|
1.
Bahan yang menyebabkan efek toksik
yang cepat dan serius. Efek toksik yang disebabkannya bersifat akut
2.
Bahan yang bersifat toksis dan
efek yang disebabkannya bersifat kronis
3.
Bahan biologis berbahaya (biohazard)
|
|
Kelas E – bahan korosif (corrosive
materials)
|
Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan mata dan kulit
melalui kontak langsung. Selain itu, kontak jangka panjang dapat menyebbakan
kerusakan jaringan dan berbahaya jika dihirup
|
|
Kelas F – bahan reaktif berbahaya (dangereously reactive materials)
|
Bahan ini sangat berbahaya, sangat tidak stabil dan dapat
bereaksi dengan air menghasilkan gas beracun (toksik). Dapat meledak jika
terjadi guncangan mendadak (shock), gesekan (friksi) atau kenaikan
temperature secara mendadak dan berlebih
|
|
Sedangkan menurut NFPA (National Fire Protection Agency), USA.
Informasi bahan kimia dibedakan seperti pada tabel 2 berikut:[8]
Kategori
|
Keterangan
|
Biru: kesehatan
|
4: Kontak dengan bahan sangat cepat menimbulkan bahaya serius dan
dapat meninggalkan cacat selamanya jika tidak langsung diberikan perawatan
medis
3: Kontak dengan bahan cepat menimbulkan bahaya serius dan dapat
menimbulkan cacat sementara atau selamanya jika tidak langsung di berikan
perawatan medis
2: kontak dengan bahan secara intensif dan kontinu dapat
menimbulkan bahaya kematian sebagian atau cacat tubuh sebagian jika tidak
langsung diberikan perawatan medis
1: kontak dengan bahan dapat menyebabkan iritasi namun hanya
sebagian kecil cacat yang dapat ditimbulkan jika tidak diberikan perawatan
langsung
0: Kontak dengan bahan bersama api dapat menimbulkan bahaya tidak
lebih dari bahaya yang ditimbulkan oleh bahan mudah terbakar biasa (combustible materials)
|
Merah: flammability (resiko
kebakaran)
|
4: Akan cepat mendidih atau teruapkan pada tekanan dan
temperature normal, atau akan menyala jika terdispersi langsung dalam udara
3: Cairan atau bahan padatan dapat menyala sehingga hampir di
bawah kondisi ambient
2: Nyala membutuhkan panas sedang atau memerlukan ekspos dengan
temperature tinggi
1: Harus dipanaskan terlebih dahulu untuk menyalakan bahan
0: Bahan tidak dapat dibakar
|
Kuning: ketidakstabilan
|
4: Sangat cepat meledak atau mengalami dekomposisi secara
eksplosif pada tekanan dan temperature normal
3: Dapat meledak atau bereaksi eksplosif tetapi memerlukan sumber
inisiasi atau harus dipanaskan di bawah kondisi tertentu atau eksplosif jika
terkena air
2: Secara normal tidak stabil dan dapat dengan cepat mengalami
dekomposisi namun tidak menimbulkan ledakan. Juga dapat bereaksi mendadak
dengan air dan berpotensial membentuk bahan eksplosif dengan air
1: Normalnya stabil, tetapi dapat menjadi tidak stabil pada
kenaikan tekanan dan temperature atau jika beraksi dengan air mengeluarkan
panas tetapi tidak mendadak
0: Normalnya stabil meskipun berada di bawah api dan tidak dapat
bereaksi dengan air
|
Putih : bahaya khusus
|
Symbol:
OX: menunjukkan bahwa bahan merupakan oksidator, bahan yang dapat
menaikan laju pembakaran atau dapat menimbulkan api
|
Penyimpanan bahan kimia harus
dikelompokkan sesuai dengan sifat bahan tersebut. Menurut OSHA, penyimpanan
bahan kimia paling tidak dapat dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu:[9]
a.
Gas
terkompresi
b.
Bahan
yang rektif dengan air (water reaktive)
c.
Bahan
reaktif berbahaya (dangerous reactive)
d.
Bahan
pengoksidan (oxider)
e.
Bahan
mudah terbakar (flammable)
f.
Bahan
korosif
g.
Toksin
h.
Bahan
kimia biasa
i.
Bahan
kimia spesifik: bahan radioaktif atau eksplosif
Bekerja di dalam laboratorium dengan
menggunakan bahan kimia sangatlah membutuhkan ketelitian dan juga kewaspadaan,
sebab kecelakaan saat bekerja sering kali terjadi saat seseorang tidak
berhati-hati dalam bekerja. Melihat hal tersebut maka sebaiknya pengguna laboratorium harus mengetahui beberapa hal
yang harus diperhatikan agar dapat bekerja di dalam laboratorium dengan aman
saat menggunakan bahan-bahan kimia.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam bekerja di dalam laboratorium menggunakan bahan kimia antara lain:[10]
a.
Hindari
kontak langsung dengan bahan kimia
b.
Hindari
menghisap langsung uap bahan kimia
c.
Dilarang
mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus
d.
Bahan
kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau
gatal)
e.
Perhatikan:
label, masa kadaluarsa bahan, dan ketidakcocokkan bahan (incompatible materials) saat penyimpanan.
Dengan mengetahui beberapa kategori, karakteristik
dan label jenis bahan kimia, diharapkan akan mempermudah kita dalam bekerja
menggunakan bahan kimia di laboratorium. Selain mengetahui kategori
karakteristik serta label bahan kimia, sebaiknya saat bekerja di dalam
laboratorium juga harus memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan di
atas agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan kecelakaan saat
bekerja.
B.
Respon Terhadap Keadaan Darurat
Ketika bekerja di dalam laboratorium
sering terjadi kecelakaan. Sehingga sering kali membuat kita berada dalam
keadaan yang darurat. Beberapa keadaan darurat sangat membutuhkan respon yang cepat
dan tepat agar bahaya yang di timbulkannya tidak semakin meluas.
a. Prosedur menghadapi keadaan darurat
Berikut ini akan di jelaskan
mengenai prosedur yang baik saat berhadapan dengan keadaan darurat. Prosedur
yang bisa dilakukan antara lain:[11]
1.
Tumpahan
mikroba
-
Tuangkan
segera ke atas tumpahan, 5% Lysol ®, dan biarkan selama 10 menit untuk
desinfektan
-
Lap
tumpahan dan buang ke kantung khusus untuk pembuangan bahan mikroba
-
Untuk
tumpahan yang besar, tuangkan ke atas area tumpahan, 20% pemutih (bleach) dan biarkan selama 10 menit
-
Lap
hingga area tumpahan benar-benar kering
-
Buang
bahan yang terkontaminasi ke dalam kantung khusus
2.
Bahan
kimia
-
Jika
mata terkena zat kimia, segeralah minta bantuan dan pergi ke eyewash station. Tetap buka mata dan
siram mata sedikitnya 15 menit. Dapatkan perawatan medis secepatnya.
-
Jika
bahan kimia terkena kulit, bilas tangan atau lengan dengan air dingin di atas
bak cuci selama 15 menit. Dapatkan perawatan medis secepatnya
3.
Luka
potong atau tergores pecahan gelas
-
Sebelum
menggunakan alat-alat gelas, periksa bila ada retakkan atau bagian yang pecah.
Ganti dengan alat gelas yang baru bila alat gelas tersebut rusak
-
Perhatikan
intruksi penanganan gelas-gelas yang rusak
-
Untuk
mencuci alat gelas, selalu gunakan sikat untuk mencuci bagian dalamnya
-
Selalu
gunakan sarung tangan sebagai pelindung tambahan
-
Jika
terjadi luka, kendalikan pendarahan dan dapatkan perawatan medis secepatnya.
4.
Kebakaran
-
Bunsen
umumnya di gunakan di laboratorium. Untuk mencegah kebakaran, jauhkan bahan
apapun yang mudah terbakar dari daerah sekitar bunsen
-
Hindari
melewatkan tangan ke atas nyala api
-
Jangan
meghadapkan muka di atas nyala api dan ikat rambut yang panjang ke belakang
-
Jika
terjadi kebakaran segera padamkan sesuai prosedur yang tepat atau segera hubungi
petugas laboratorium
5.
Pembuangan
gelas pecah dan benda tajam lainnya
-
Jika
anda memecahkan alat gelas saat bekerja, periksa dulu kondisi Anda baru
bersihkan sisa pecahan supaya tidak melukai orang lain
-
Buang
sisa pecahan pada kantung berlabel broken
glass
-
Untuk
benda-benda tajam di buang ke kantung terpisah
b. Mencegah Kecelakaan di Laboratorium
Kimia dengan Tindakan Preventif
Karena di
laboratorium kimia banyak terdapat bahan-bahan kimia, maka potensi terjadinya
kecelakaan kerja selama berlangsungnya kegiatan penelitian di ruang
laboratorium sangatlah besar. Oleh karena itu, pengelola laboratorium kimia
harus melakukan berbagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya
kecelakaan yang tidak diinginkan ini. Bentuk-bentuk tindakan preventif tersebut
di antaranya sebagai berikut :
1.
Berhati-hati
ketika memegang peralatan yang terbuat dari kaca atau ketika memegang pecahan
kaca. Benda-benda tajam ini kerap menimbulkan luka
2.
Setiap
peserta harus menghindar dari percikan cairan zat kimia (korosif/asam/basa/pekat)
karena sangat berbahaya bagi kulit manusia.
3.
Menghindar
dari berbagai zat kimia beracun.
4.
Berhati-hati
ketika meneliti tentang hewan peliharan (salah satu objek kajian dan praktikum
laboratorium kimia) sebab hewan tersebut bisa menggigit.
5.
Memakai
alat penutup hidung saat bekerja agar bisa terhindar bau gas yang memusingkan
dan pengap yang bisa membuat pingsan.
6.
Berhati-hati
ketika memakai peralatan yang memakai aliran listrik karena bisa mengenai kulit
atau tubuh.
7.
Ketika
melakukan percobaan di ruang laboratorium kimia, semua individu harus
berhati-hati karena bisa terjadi kebakaran yang disebabkan letusan akibat hasil
percobaan.
C.
Important Safety Messages[12]
1.
Think safety first. Be prepared ror lab. Tentukan peralatan pelindung yang akan digunakan. Pencegahan lebih
mudah dilakukan dari pada penanganan kecelakaan
2.
Kenali
alat dan bahan yang digunakan. Baca label, referensi untuk hazard rating index chart atau MSDS
3.
Ikuti
semua prosedur safety
4.
Jaga
kebersihan diri dan area tempat bekerja
5.
Laporkan
aktivitas dan situasi yang membahayakan. Waspadalah terhadap keadaan di sekitar
anda.
6.
Pelajari
cara penanganan keadaan darurat, kenali rute keluar gedung, perhatikan letak
alat pemadam kebakaran, eye wash station
& shower, serta kotak P3K. laporkan semua kecelakaan atau luka pada
laboran atau asisten
7.
Jangan
bercanda di laboratorium
8.
Beritahu
petugas lab tentang alergi atau kondisi kesehatan anda khususnya jika anda
sedang hamil atau sedang sakit
9.
Jika
tidak tahu bertanyalah
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
umum bahan kima dapat dikelompokkan berdasarkan kategori berikut: sifat
racunnya, sifat
korosifnya, wujudnya Mudah/Tidanya Menguap, Mudah/Tidaknya Terurai Akibat Cahaya
Langsung, Mudah/Tidaknya Terbakar, dan Bahan Reaktif terhadap Air.
Kita perlu mengetahinya agar kita bisa lebih berhati hati, seperti
pesan dalam Important Safety Messages: Pencegahan lebih mudah dilakukan dari
pada penanganan kecelakaan, maka perlu memilih alat laboratorium secara tepat
dan baik, sesuai prosedur umum untuk bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya,
dengan melakukan kendali tekhnik, juga menghindari cedera mata, mencerna maupun
menghirup bahan kimia berbahaya, dan meminimalkan kontak kulit. Dalam meminimalkan
kontak kulit, kenakan sarung tangan ketika kontak dengan bahan kimia yang
berbahaya, juga kenali pengkodean yang digunakan secara umum seperti pengkodean
WHMIS dan NFPA.
Ketika bekerja di dalam laboratorium
sering terjadi kecelakaan. Sehingga sering kali membuat kita berada dalam
keadaan yang darurat. Beberapa keadaan darurat sangat membutuhkan respon yang
cepat dan tepat agar bahaya yang di timbulkannya tidak semakin meluas, sehingga
kita harus mempelajari dengan baik prosedur menghadai/merespon keadaan darurat,
seperti pada tumpahan mikroba, bahan kimia, luka potong atau tergores pecahan
kaca, kebakaran, dan pembuangan gelas yang pecah atau benda tajam lainnya. Juga perlunya tindakan preventif dalam mencegah
kecelakaan dilaboraturium.
Setelah kita mempelajari semuanya, dari
mulai pengelompokan bahan kimia, prosedur umum kerja, pengkodean umum, prosedur
atau respoon keadaan darurat sampai tindakan yang preventif, kita masih perlu
untuk memasang Important Safety Messages untuk kehati-hatian dan juga kenyamanan pemakai laboraturium.
Daftar
Pustaka
D.H.,Anti dan
Kurniatanty Isma.. 2008. Manajemen dan Teknik Laboratorium.Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga.
Decaprio
Richard. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah.Yogyakarta: Diva
Press.
Ham Mulyono. 2008. Membuat Reagen Kimia di laboraturium. Jakarta:
Bumi Aksara.
Komite Pendorong Pengelolaan Zat Kimia dengan Selamat dan Aman di
Negara Berkembang. 2010. Keselamatan dan Keamanan
Laboratorium Kimia.Amerika
Serikat: National Academy of Sciences.
Majid Abdul. 2008.Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Wilis Dahar R. 1986. Pengelolaan Pengajaran Kimia. Jakarta:
Rineka.
[1] Abdul majid,
Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. (Bandung: remaja rosdakarya.2008), hlm.153.
[2] Ratna Wilis dahar, Pengelolaan Pengajaran Kimia. (Jakarta:
Rineka, 1986), hlm.3.
[3] Richard Decaprio, Tips Mengelola Laboratorium Sekolah.(Yogyakarta:
Diva Press, 2013).Hlm:197-200
[4] Richard Decaprio, Tips Mengelola Laboratorium Sekolah.(Yogyakarta:
Diva Press, 2013), hlm.190-192
[5] Anti, D.H., dan Isma K., Manajemen dan Teknik Laboratorium. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.2008), hlm.19
[6] Komite Pendorong Pengelolaan Zat Kimia dengan Selamat dan Aman di
Negara Berkembang. Keselamatan
dan Keamanan Laboratorium Kimia.( Amerika Serikat: National Academy of Sciences.2010)Hlm.116-118
[7]
Anti, D.H., dan Isma K., Manajemen dan Teknik Laboratorium. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.2008), hlm. 20-22
0 komentar:
Posting Komentar