Keadaan dalam suatu wilayah (negara) mempengaruhi bagaimana cara yang tepat untuk menetapkan suatu gaya pendekatan untuk menjadikan sekolah itu kreatif dan produktif. Hal ini menjadikan MBS memiliki beberapa model yang diterapkan di masing-masing negara/wilayah. Seperti model australia, model amerika, model inggris dan lain sebagainya.
1.MBS di
Hongkong
Di Hong
Kong MBS disebut The School Management Initiative (SMI) atau manajemen
sekolah inisiatif. Model MBS di Hong Kong ini, menekankan pentingnya inisiatif
dari sumber daya sekolah sebagai pengganti inisiatif dari atas yang selama ini
diterapkan. Prinsip-prinsip MBS yang ditawarkan di Hong Kong adalah
perlunya telaah ulang secara terus menerus terhadap pembelajaan anggran
pemerintah, perlunya evaluasi secara sistematis terhadap hasil, definisi, yang
lebih baik tentang tanggung jawab, hubungan erat antara tanggung jawab sumber
daya dan tanggung jawab manajemen, perlu adanya organisasi dan kerangka kerja
yang sesuai, hubungan yang jelas antara pembuat kebijakan dengan agen-agen
pelaksana.
Dengan adanya
prinsip tersebut maka diperlukan suatu transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan pendidikan. Taransparansi dan akuntabilitas di sini meliputi
penggunaan anggaran belanja sekolah dan penentuan hasil belajar siswa serta
pengukuran hasilnya.
2.MBS di Kanada
Di kanada,
pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi di mana pemerintah
daerah/kota sebagai unit administratif dan pengambilan
kebijakan. Model MBS di sana disebut School-site decision making
(SSDM) atau pengambilan keputusan diserahkan pada tingkat sekolah. Ciri-ciri
MBS dikanada adalah sebagai berikut:
a.penentuan
alokasi sumber daya ditentukan sekolah
b.anggaran
pendidikan diberikan secara lupsum
c.alokasi
anggaran pendidikan tersebut dimasukkan ke dalam anggaran sekolah.
d.adanya
program efektivitas guru.
e.adanya
program pengembangan profesionalisme tenaga kerja. (sungkowo: 2002).
Penekanan model
MBS di kanada dalam hal pengambilan keputusan, yaitu pengambilan keputusan
diserahkan kepada masing-masing sekolah secara langsung. Model ini pun hanya
terbatas pada beberapa hal saja, yaitu yang menyangkut pengangkatan, promosi,
penghargaan dan penghentian tenaga guru dan administrasi, pengadaan peralatan
sekolah, pelayanan kepada sekolah. Sebelumnya ketiga hal tersebut
ditentukan oleh pusat.
Ciri lain dari
MBS model kanada adalah peningkatan dan pengembangan profesionalisme tenaga
kerja baik meningkatkan kemampuan guru maupun tenaga administrasi.
3.MBS di
Amerika Serikat
Sistem pendidikan
di Amerika Serikat mula-mula secara konstistusional pemerintah pusat (state)
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pemerintah daerah hanya
sebagai pembuatan kebijaksanaan dan administrasi. Pemerintah federal memiliki
peran yang terbatas bahkan semakin berkurang perannya. Perannya hanya dibatasi
terutama pada area khusus, yaitu dukungan pendanaan.
Model MBS di
Amerika Serikat disebut dengan Site- based Management. Beberapa pendapat yang
mendudkung diadakannya MBS menyarankan bahwa sebagai syarat penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan maka otoritas pengambilan keputusan harus pada
tingkat sekolah.
Mereka yakin
dengan diadakannya MBS dimana penyerahan sumber daya ke tingkat sekolah akan
membuat kemajuan. Hal ini karena sekolah memiliki kebebasan mencurahkan energi
kreatifnya dan sekolah dapat mengembangkan diversifikasi pendekatan strategi
untuk mencapai tujuannya.
4.Model MBS di
Inggris.
Model MBS di
Inggris disebut Grant Maintained School (GMS). Atau manajemen swakelola pada
tingkat lokal. Dinamakan seperti itu karena, adanya undang-undang pendidikan
tahun 1988, antara lain berisi adanya kurikulum inti nasional, adanya ujian
nasional, serta pelaporan nasional. Kontrol terhadap anggaran sekolah diberikan
kepada lembaga pengelola/pengawas beserta para kepala sekoalah menengah keatas
dan sebagian sekolah dasar dalam waktu lima tahun. Juga memberikan pilihan pada
orang tua dengan cara membantu mengembangkan diversifikasi, meninghkatkan
akses, mengizinkan sekolah-sekolah negeri untuk keluar dari kontrol otoritas
pendidikan lokal. Berdasarkan suara mayoritas orang tua siswa.
Dengan adanya
undang-undang pendidikan tersebut terjadi enam perubahan struktural guna
memfasilitasi pelaksanaan MBS sebagaimana dikemukakan oleh sungkowo (2002):
a.kurikulum
nasional untuk mata pelajaran inti ditentukan oleh pemerintah.
b.ujian
nasional dilaksanakan atau diterapkan pada siswa kelas 7,11,14 dan 16.
c.MBS di bentuk
untuk mengembangkan otoritas pemerintah.
d.dibuatlah
sekolah lanjutan tekhnik
e.kewenangan
inner London Education dilimpahkan kepada tiga belas otoritas pendidikan.
f.Skema
manjemen sekolah lokal dibentuk dengan melibatkan beberapa pihak terkait.
5.Model MBS di
Australia
Karakteristik
MBS di Australia dapat dilihat dari aspek kewenangan sekolah yang meliputi:
a.menyusun dan
mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
b.melakukan
pengelolaan sekolah yang dapat dipilih diantara tiga kemungkinan yaitu standard
flexbility option (SO), Enchanced Flexibility Option-1(EO1),dan enchanced
Flexibility-2(EO2).
c.merencanakan
, melaksanakana dan mempertanggungjawabkannya.
d.adanya
akuntabilitas dalam pelaksanaan MBS.
e.menjamin dan
mengusahankan sumber daya manusia dan sumber daya keuangan.
f.adanya
fleksibilitas dalam sumber daya sekolah.
Seperti yang
telah disebutkan di atas untuk melakukan pengelolaan sekolah dapat dilakukan
dengan tiga kemungkinan yaitu SO, EO1 dan EO2.
Pengorganisasian
pengelolaan sekolah menggambarkan kadar kewenangan yang diberikan kepada
sekolah.
a.Standar
Flexibility Option (SO)
Dalam bentuk
ini peran dan dukungan kantor distrik lebih besar. Kepala sekolah hanya
bertanggungjawab terhadap penyususnan rencana sekolah dan pelaksanaan
pelajaran(implementasi kurikulum). Kantor distrik bertanggunjawab terhadap
pengesahan dan monitoring serta bertindak sebagai penasehat dalam penyususnan
school planing overview. Dalam pengelolaan MBS tipe SO ini, pemerintah negara
bagian memberikan petunjuk pedoman dan dukungan.
b.Enchanced
Flexibility Option-1 (EO1)
Sekolah
bertanggung jawab untuk menyusun rencana strategis sekolah selama tiga tahun.
Peran distrik sebagai berikut:
1)memberikan
dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan monitoring internal.
2)menandatangani
isi rencana sekolah.
c.Enchanced
Flexibility Option-2 (EO2)
Keterlibatan
distrik, disini sangat sedikit, hanya berperan sebagai lembaga konsultasi.
6.Model MBS di Prancis
Di Prancis
otoritas lokal memiliki tanggung jawab terhadap dukungan finansial. Kekuasaan
badan pengelola sekolah menengah atas diperluas ke beberapa area. Sementara itu
pengangkatan guru masih dilakukan oleh pusat dengan ketat. Masing-masing sekolah
menerima anggaran secara lumpsum terhadap jam mengajar guru. Kepala sekolah
mentukan jenis staf yang dibutuhkan.
7.Model MBS di
Nikaragua
Model MBS di
Nikaragua difokuskan pada pendesentralisasikan pengelolaan sekolah dan anggaran
sekolah yang keputusannya diserahkan kepada dewan sekolah. Yang mencakup empat
tahapan penting yaitu; desentralisasi kebijakan, perubahan organisasi sekolah,
kondisi lokal dan sejarah organisasi, serta hasil yang diharapkan.
8.Model MBS di
Selandia Baru
Komite sekolah
untuk sekolah dasar anggotanya terdiri dari warga setempat dan dipilih setiap
dua tahun. Tetapi sebagian besar sekolah menengah atas di kontrol dan dikelola
oleh dewan gubernur yang keanggotaannya kebanyakan dari orang tua siswa dan
anggota mayarakat lainnya.
9.Model MBS di
El Salvador
Model MBS di El
Salvador disebut dengan Community Managed Scholls Program yang kemudian dikenal
dengan akronim bahasa spanyol, EDUCO
( Education
participation de la comunidad) maksud dari model ini untuk mendesentralisasikan
pengelolaan sekolah Negeri dengan cara meningkatkan keterlibatan orangtua di
dalam tanggung jawab menjalankan sekolah. Filosofinya adalah perlunya para
orang tua siswa untuk terlibat secara langsung di dalam pendidikan
anak-anaknya.
10.Model MBS di
Madagaskar
Model MBS yang
diterapkan di sini difokuskan kepada pelibatan masyarakat pada pengontrolan
pendidikan dasar. Implementasi MBS diarahkan di dalam kerangka kerja dengan
melibatkan masyarakat desa tidak hanya untuk merehabilitasi, membangun dan
memelihara sekolah-sekolah dasar, tetapi juga dilibatkan dalam pengelolaan dan
pensupervisian sekolah dasar.
11.Model MBS di
Indonesia.
Model MBS di
Indonesia disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara
langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
12.Model MBS
Ideal
Model MBS
berikut pada dasarnya ditampilkan menurut pendekatan sistem (berfikir sistem),
yaitu output-proses-input. Urutan ini dipilih dengan alasan bahwa setiap
kegiatan sekolah akan dilakukan, termasuk kegiatan melakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), semestinya dimulai dari “output”
yang akan dicapai, kemudian ke “proses”, dan baru ke “input” yang dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Namun, langkah-langkah pemecahan persoalannya
ditempuh dengan mengikuti urutan yang berlawanan dengan arah analisis SWOT.
a.Output
Output sekolah diukur dengan kinerja sekolah. Kinerja
sekolah adalah pencapaian/prestasi yang dihasilkan oleh proses/perilaku
sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitasnya, kualitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan
moral kerjanya (lihat Gambar 3), dengan keterangan seperlunya seperti berikut.
1)Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan
sejauhmana sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam bentuk
persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan.
2)Kualitas adalah gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Mutu barang atau jasa dipengaruhi
oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan seperti disain, operasi
produk atau jasa dan pemeliharaannya.
3)Produktivitas adalah hasil perbandingan antara
output dibagi input. Baik output maupun input adalah dalam bentuk kuantitas.
Kuantitas input berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan energi. Kuantitas output
dapat berupa jumlah barang atau jasa, tergantung pada jenis pekerjaan.
4)Efisiensi dibagi menjadi 2 yaitu efisiensi internal dan
efisiensi eksternal. Efisiensi internal biasanya diukur dengan
biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya-efektivitas selalu memerlukan dua
hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan
penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus
sekolah). Sedang efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang
digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan kumulatif (individual,
sosial, ekonomik, dan non-ekonomik) yang didapat setelah pada kurun waktu yang
panjang diluar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk
mengukur efisiensi eksternal.
5)Inovasi adalah proses yang kreatif dalam
mengubah input, proses, dan output agar dapat sukses dalam menanggapi dan
mengantisipasi perubahan-perubahan internal dan eksternal sekolah. Inovasi
selalu memberikan nilai tambah terhadap input, proses, maupun output yang ada.
6)Kualitas kehidupan kerja adalah kinerja sekolah
yang ditunjukkan oleh ukuran tentang bagaimana warga sekolah merasakan hal-hal
seperti: pekerjaannya, kemanfaatannya, kondisi kerjanya, kesan dari anak buah
terhadap bapak/ibu buah, kawan/kolega kerjanya, peluang untuk maju,
pengembangan, kepastian, keselamatan dan keamanan, dan imbal jasanya.
7)Moral kerja adalah tingkat baik buruknya warga
sekolah terhadap pekerjaannya yang ditunjukkan oleh etika kerjanya,
kedisiplinannya, kejujurannya, kerajinannya, komitmennya, tanggungjawabnya,
hubungan kerjanya, daya adaptasi dan antisipasinya, motivasi kerjanya, dan jiwa
kewirausahaannya (bersikap dan berpikir mandiri, memiliki sikap berani
mengambil resiko, tidak suka mencari kambing hitam, selalu berusaha menciptakan
dan meningkatkan nilai sumberdaya, terbuka terhadap umpan balik, selalu ingin
mencari perubahan yang lebih baik, tidak pernah merasa puas dan terus menerus
melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, dan memiliki
tanggungjawab moral yang baik.
b.Proses
Proses merupakan berubahnya “sesuatu” menjadi “sesuatu
yang lain”. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut
“input”, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan
bersekala mikro (sekolah), proses yang dimaksud adalah: (a) proses pengambilan
keputusan, (b) proses pengelolaan kelembagaan, (c) proses pengelolaan program,
dan (d) proses belajar mengajar.
c.Input
Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
disebut “input”, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output.
1)Input Manajemen
Kepala sekolah mengatur dan mengurus sekolahnya melalui
sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan
membatu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan baik.
2)Input Sumber daya manusia
Pada dasarnya, agar sekolah dapat berjalan secara efektif
dan efisien, diperlukan kesiapan sumberdaya manusia. Kesiapan sumberdaya
manusia = kesiapan kemampuan + kesiapan kesanggupan. Kesiapan kemampuan
menyangkut persyaratan kualifikasi dan kesiapan kesanggupan menyangkut
pemenuhan kepentingan sumberdaya manusia.
3)Sumber daya lainnya
Sumber daya selebihnya dapat dikelompokkan menjadi:
peralatan, perlengkapan, perbekalan, bahan/material/sumber daya alam, uang, dan
perangkat-perangkat lainnya, yang diperlukan untuk berlangsungnya proses
pendidikan di sekolah
0 komentar:
Posting Komentar