Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar
DosenPengampu: Ibu Dr.
Maemonah, M. Ag
Oleh:
RIZTI SHOLICHAH (11480035)
FERA
EKA WIDAYANTI (11480014)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan
manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar manusia menjadi
mengerti dan paham tentang hal-hal
yang sebelumnya belum mereka ketahui. Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi
manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai prinsip-prinsip dasar belajar
agar mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam
psikologis dan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Perubahan
perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud perilaku yang
tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner behavior). Perilaku yang tampak
misalnya menulis, memukul, menendang sedangkan perilaku yang tidak tampak
misalnya berfikir, bernalar dan berkhayal.Untuk itu, agar aktivitas belajar
dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar
untuk peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik
sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi yang
diberikan. Meskipun pengajar sudah merancang sedemikian rupa kadang masih sulit
untuk peserta didik dalam mengerti dan paham pada materi yang diberikan. Oleh
karena itu pengajar harus mampu menggunakan berbagai cara agar peserta didik
mampu memahami apa yang sudah diberikan oleh pengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian psikologi belajar?
2. Apa saja konsep dasar belajar?
3. Apa sajakah teori-teori belajar?
4. Bagaimana aktivitas dalam belajar?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian psikologi belajar
2. Mengetahui konsep dasar belajar
3. Mengetahui teori – teori belajar
4. Mengetahui aktivitas belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
PSIKOLOGI BELAJAR
Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan
belajar. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “psyche” yang berarti
“jiwa” dan “logos” yang berarti “ilmu”. Dengan demikian secara harpiah
psikologi dapat diartikan ilmu jiwa.[1]
Menurut Crow and Crow, psychology is the study of human behavior and human relationship. Dari
batasan tersebut di atas jelas bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah
tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik
yang berupa manusia lain (human
relationship) maupun yang bukan manusia seperti hewan, iklim, kebudayaan,
dan sebagainya. Jelaslah bahwa psikologi tidak hanya berhubungan dengan tingkah
laku manusia saja. Ahli-ahli psikologi menyelidiki tingkah laku hewan seperti simpanse,
anjing, tikus, serangga, dan sebagainya dalam hubungan dengan tingkah laku
manusia yang ingin dipahami dari aspek kehidupan mental dan semua perilakunya.[2]
Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang mengenai hal-hal yang bermanfaat baginya melalui interaksi
dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas yang yang dipahami sebagai serangkaian
kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi individu
seutuhnya yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor).
Perkembangan dalam arti belajar disini dipahami sebagai “ perubahan “ yang
relative permanen pada aspek psikologis.[3]
Menurut
James O. Whittaker, belajar didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai
belajar.[4]
Menurut
Crornbach dalam bukunya yang berjudul Education Psychology yaitu ‘Learning is shown by change in behaviour as
a result of experience’. Dengan demikian belajar yang efektif adalah
melalui pengalaman, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan
menggunakan semua alat indranya.
Menurut Howard
L. Kingsley definisi belajar yaitu belajar adalah proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Jadi dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa pengertian psikologi
belajar adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang pemahaman gejala
kejiwaan dalam tingkah laku manusia untuk kepentingan mandidik atau membina
perkembangan keperibadian manusia.
Psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori
psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.
B. KONSEP
DASAR BELAJAR
Belajar
adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.[5]
1)
Arti
Penting Belajar bagi Perkembangan Manusia.
Disebabkan
oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia
dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia
terbatas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Boleh
jadi, karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas
dapat mengeksploirasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk
kehidupannya.
Kualitas
hasil proses perkembangan manusia itu dapat terpulang pada apa dan bagaimana ia
belajar. Selanjutnya, tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia (yang pada
umumnya merupakan hasil belajar) akan menentukan masa depan peradaban manusia
itu sendiri. E.L. Thordike seorang pakar teori S-R Bond meramalkan, jika
kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengahnya saja maka peradaban yang
ada sekarang ini tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan, mungkin
peradaban itu sendiri akan lenyap ditelan zaman (Howe, 1980).
2)
Arti
Penting Belajar bagi Kehidupan Manusia.
Alasannya
bahwa belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia.
Dengan ilmu dan teknologi hasil belajar kelompok mausia yang tertindas juga
dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai
untuk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang mungkin
hanya dikendalikan oleh segelintir ognum, yakni manusia-manusia yang mungkin
bernafsu serakah atau mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan
antisosial (Reber, 1988).
Dalam
perspektif keagamaan pun (Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang
beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah ayat 11: “...
niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan
berilmu”.
Untuk
mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik teristimewa guru
dalam membimbing belajar murid-muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan
siap dan memiliki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan
kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah
tentu akan tercapai.
C. TEORI-TEORI
BELAJAR
a)
Teori Belajar Behavioristik
Menurut pandangan ini, belajar adalah perubahan
tingkah laku, dengan cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Yang
dimaksud tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati ( berfikir
dan emosi tidak menjadi perhatian dalam pandangan ini, karena tidak dapat diamati
secara langsung. Diantara keyakinan prinsipil yang terdapat dalam pandangan ini
ialah anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan, dan warisan abstrak
lainnya. Semua kecakapan timbul setelah manusia melakukan kontak dengan
lingkungan. (J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner).
b) Teori Belajar Kognitif
Dalam
teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh
“reward” dan “renforcenent”. Menurut pendapat para ahli jiwa aliran
kognitis,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal ataupu memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan
mempeoleh “insinght” untuk pemecahn masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan,
bahwa tingkah laku seseorang bergantung pada insting terhadap hubungan-
hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari pada
bagian- bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas
stimulus didalam lingkungan serta pada factor- factor yang mempengarihi
pengamatan.[6]
Belajar adalah proses internal mental manusia yang
tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan
seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan
dalam tingkah laku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal dan tak
dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental. (aspek-aspek
yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan,
kreatifitas, harapan dan pikiran).
c) Teori Belajar Humanistik
Perhatian
psikologi humanistik
yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan pada pengalaman–
pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan
dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasan dan perhatian siswa. Dalam dunia pendidikan, aliran
humanistis muncul pada tahun 1960- 1970-an.[7]
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik
sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan
lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu
untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung
jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan
tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
a.
Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam
komponen-komponen,
b.
Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan
dengan manusia lainnya,
c.
Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain,
d.
Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung
jawab atas pilihan-pilihanya, dan
e.
Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari
makna, nilai dan kreativitas.
D. AKTIVITAS BELAJAR
a) Mendengarkan
Dalam
kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu
terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi
tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlibat tetapi
secara tidak langsung mendengar informasi. Situasi ini member kesempatan pada
seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini
tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi dan set seseorang tersebut.
Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya
mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan yang
demikian akan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi seseorang.
b)
Memandang
setiap
stimuli visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua
pandangan atau penglihatan kita adalah belajar. Meskipun pandangan kita tertuju
kepada satu objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat tujuan, maka
pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Namun apabila kita memandang segala
sesuatu dengan set tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan
perkembangan dari kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.
c)
Meraba, membau dan mencicipi / mencecap
Meraba,
membau dan mencecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan
dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba, dicium dan dicecap merupakan
situasi yang member kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Hal aktivitas
meraba, aktivitas mambau, ataupun aktivitas mencecap dapat dikatakan belajar,
apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan set tertentu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku.
d)
Menulis dan mencatat
Mencatat
yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang mengetahui
kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan set tertentu agar catatan itu
nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Mencatat yang menggunakan set
tertentu akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu tanpa adanya kesulitan. Tanpa
penggunaan set belajar, maka catatan yang kita buat tidak mencatat apa yang
mestinya dicatat.
e)
Membaca
Belajar
memerlukan set. Membaca untuk keperluan belajar harus pula menggunakan set.
membaca dengan set misalnya dengan memulai memperhatikan judul-judul bab,
topic-topik utama dengan berorientasi pada kebuthan dan tujuan. Kemudian memilih topic yang relevan dengan kebutuhan
atau tujuan itu. Material bacaan yang bersifat teknis dan mendetail memerlukan
kecepatan membaca yang kurang (lambat), sedang untuk material bacaan yang
bersifat popular dan impresif memerlukan kecepatan membaca yang tinggi. Membaca
dengan cepat adalah lebih membantu dalam hal menyerap material secara lebih
komperhensif.
f)
Membuat ihtisar atau ringkasan dan menggaris
bawahi
Banyak
orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhyisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang
sangat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali material dalam
buku untuk masa-masa yang akan datang.
g)
Mengamati table-tabel, diagram-diagram dan
bagan-bagan
Dalam
buku ataupun di lingkungan lain sering kita jumpai table-tabel diagram ataupun
bagan-bagan. Material nonverbal semacam ini sangat berguna bagi kita dalam
mempelajari material yang relevan itu.
h)
Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam
penyusunan paper ini, penyusunan yang baik memerlukan perencanaan yang masak
dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan
sumber-suber yang relevan.
i)
Mengingat
Mengingat
dengan maksud agar ingat tentang sesuatu, belum termasuk sebagai aktivitas dalam
belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai
tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas beljar, apalagi mengingat
itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar yang lainnya.
j)
Berfikir
Adapun
yang menjadi obyek serta tujuannya, berfikir adalah termasuk aktifitas belajar.
Engan berfikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi
tahu tentang hubngan antar sesuatu.
k)
Latihan atau praktek
Latihan
dan praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan
berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
penjabaran tentang psikologi di atas dapat
disimpulkan :
1. Psikologi
belajar memiliki beberapa metode yaitu Metode Eksperimen ( Eksperimen Method
), Metode Observasi, Metode Genetik ( The Genetic method ), Metode
Riwayat Hidup atau Klinis, dan Metode Tes yang memiliki kekurangan dan
kelebihan masing – masing.
2. Karakteristik
belajar peserta didik berbeda – beda, namun dengan adanya pemahaman tentang
psikologi belajar serta kemampuan tenaga pendidik untuk mengaplikasikannya pada
kegiatan belajar mengajar maka akan ditemukan strategi belajar yang lebih
adaptable.
3. Psikologi
belajar lebih menekankan tingkat kematangan dan pemahaman peserta didik dalam
pembelajarannya ketimbang mengejar suatu target dengan memaksakan peserta didik
untuk berfikir jauh di atas usianya.
4. Teori-teori belajar:
a.
Teori Belajar Behavioristik
b. Teori Belajar Kognitif
c. Teori Belajar Humanistik
5. Aktivitas
belajar:
a.
Latihan atau praktek
b.
Berfikir
c.
Mengingat
d.
Menyusun paper atau kertas kerja
e.
Mengamati table-tabel, diagram-diagram dan
bagan-bagan
f.
Membaca
g.
Menulis dan mencatat
h.
Meraba, membau dan mencicipi / mencecap
i.
Memandang
j.
Mendengarkan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu
dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
……………………….... 2011. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta :
Rineka Cipta
Latipah Eva. 2012. Pengantar
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia.
M.
Dalyono . 2007. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Soemanto Wasty.1990.Pikologi
Pendidikan.Jakarta:Rieneke Cipta
Syah,
Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Walgito Bimo.1986.Pengantar
psikologi umum.
Jakarta: Andi Yoga
Terima kasih sangat membantu..
BalasHapus